![]() |
Semua kerja yang halal adalah baik adanya. Betapapun sebagian manusia menganggapnya rendah dan hina, sebuah kerja halal tidak akan menjadi rendah dan hina karenanya. Apalagi disi Allah Subhanahuwata'ala. Dimana Dia tidaklah memandang tampilan kerja itu, namun ketakwaan yang menyertainya. Pada seluruh proses pencapaian maupun distribusinya. Pada keutuhan nilai kebaikan yang ada.
Maka kita tidak lantas menjadi terhormat oleh apa yang kita jabat. Tidak otomatis mulia oleh pekerjaan kita. Tudak pula langsung meninggi hanya karena tingginya gaji. Meski sebagian manusia memberi puja-puji dan kekaguman, nilai kita tetaplah pada esensi kebaikan yang kita timbulkan oleh kerja itu.
Jabatan tidak memberikan kemuliaan, namun kitalah yang mencapai kemuliaan melalui jabatan itu. Apapun nama dan gelarannya.
Namun materialisme membenci kemiskinan. Sinis kepada pekerjaan berpenghasilan rendah. Meminggirkan mereka yang tidak berpunya. Juga menghinakan sesiapa yang dianggap gagal memenuhi pundi-pundi kekayaannya. Dan itu membuat banyak diantara kita gelap mata. Menghalalkan apa saja yang penting kaya. Kita menjadi gila. Gila akan harta dan kenikmatan yang ditimbulkannya.
Maka kita temukan wajah-wajah sedih yang nelangsa karena merasa tersisih. Menjalani hidup dalam kerja berpenghasilan rendah dan merasa hina karenanya. Menatap cemburu semua kenikmatan yang lalu lalang dalam dendam kesumat akan kegagalan dalam menikmatinya. Dan banyak yang kemudian menjadi jahat. Sangat jahat!
Padahal ada satu kebutuhan dalam hati kita yang tidak bisa dipenuhi kecuali oleh Allah saja. Ada kekuatan pengabdian yang tidak akan menyamankan jika tidak dihadapkan kepada-Nya. Dan ada satu penyakit yang tidak bisa disembuhkan kecuali oleh keikhlasan dan kepasrahan kepada Sang Rahman.
Sebuah panggilan jiwa yang gelisan menuntut pemenuhannya.Memberi energi untuk menyamankan hati dengan melakukan kerja yang bernilai kebaikan. Begitu dan seterusnya, hingga tumpukan harta dan jabatan yang tinggipun, tidak mampu menjawabnya. Sedang kejahatan yang terlanjur kita lakukan hanya membutanya terluka. Merana dalam kerinduan akan pemaknaan hidup.
Padahal, inilah energi untuk memaknai kesungguhan. Merubah sebuah kerja halal yang dianggap rendah menjadi mulia dan terhormat dengan keikhlasan. Kerja tanpa pamrih karena percaya bahwa Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Membalas dengan keadilan sempurna. Sedang sistem akuntansi-Nya tidak mungkin salah.
Memenuhi panggilan jiwa adalah esensi hidup akan penghambaan diri sebagai insan beriman. Merasai hidup yang berbeda sebab tidak kebingungan menentukan arah kehidupan dan pilihan-pilihan kerja sebagai bekalnya. Dan untuk itulah hidup menjadi ada. Wallahu a'lam. (al-Faqir).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa komentarnya ya..!!